Ketika kita melihat semua hal dan benda yang ada di dunia ini, di sekitar kita seperti kursi, ada satu essensi yang terkandung dalam kursi tersebut. Essensinya adalah manfaat dari kursi tersebut yaitu untuk tempat duduk. Sang creator dari kursi tersebut tidak akan membuat meja jika ia ingin membuat sesuatu untuk tempat duduk. Hal ini memberikan gambaran umum bagi kita bahwa semua hal atau benda diciptakan untuk satu tujuan tertentu. Begitu juga dengan kita manusia yang diciptakan Allah. Banyak orang yang sibuk mengejar karir, harta, dan kesuksesan dalam hidupnya karena mereka menganggap bahwa itulah tujuan hidup mereka. Mereka diciptakan hanya untuk bekerja sepanjang waktu mengejar pemenuhan kebutuhan dan kepuasan diri sendiri. Banyak juga yang hidupnya hanya untuk seks, narkoba, dan mabuk-mabukan, dan mereka bilang dengan gampangnya hidup itu harus happy. Apakah semuanya hanya unutk itu? Apakah sebenarnya yang menjadi tujuan hidup kita sebagai ciptaan-Nya ?
The Purpose of Life menurut Imanuel Kant
Menurut Kant tujuan hidup kita bukanlah untuk mencapai kebahagiaan, jika tujuan hidup hanya untuk mencapai kebahagiaan, maka kita semua akan mencari kesenangan dan kepuasaan dan berharap semua itu akan menjadi kebahagiaan. Manusia tidak akan pernah mencapai kebahagiaan karena kesenangan dan kepuasaan manusia tidak ada habisnya. Alasannya adalah karena manusia ketika mendapatkan sesuatu yang lebih akan mencari yang lebih lagi. Selain itu indikator kebahagiaan itu juga tidak jelas, seperti apakah kondisi bahagia, apa patokannya, dan juga kondisi bahagia antara orang yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Menurut Kant kita mempunyai keharusan untuk mencapai suatu kodisi yang disebut kehendak yang baik atau a good will dalam diri kita, itulah tujuan hidup kita. Semua hal akan menjadi baik bila dikendalikan oleh kehendak yang baik, tapi jika jika dikendalikan oleh kehendak yang jahat semua hal itu juga akan menjadi jahat. Jadi tujuan hidup kita adalah mengontrol mengembangkan diri kita agar memiliki kehendak yang baik.
Kehendak manusia dalam bertindak bukan untuk alasan diri sendiri, tatkala manusia akan bertindak ia mesti memiliki alasan terhadap tindakan itu. Kehendak akan menjadi baik, bila seseorang bertindak karena kewajiban. Jika bertindak karena maksud lain-bukan karena kewajiban-sesuatu tersebut menjadi tidak baik, perbuatan dianggap baik bila hanya dilakukan karena wajib dilakukan. Bertindak sesuai dengan kewajiban tersebut, oleh Kant disebut legalitas.
Kehendak bersifat otonom bila menentukan dirinya sendiri, sedangkan kehendak heteronom membiarkan diri ditentukan oleh faktor dari luar dirinya seperti kecenderungan atau emosi. Menurut Kant, kehendak itu otonom dengan memberikan hukum moral kepada dirinya sendiri. Hal itu tentu tidak boleh dimengerti tentang manusia perorangan, seolah-olah setiap manusia membuat hukum moral sendiri-sendiri. Yang dimaksudkan Kant dengan otonomi manusia secara umum membuat hukum moral dan menaklukkan diri kepadanya, adalah dengan hidup menurut hukum moral, manusia tidak menyerahkan diri kepada sesuatu yang asing baginya (heteronom), melainkan mengikuti hukumnya sendiri, manusia tidak menaklukkan diri kepada instansi lain, melainkan hanya kepada hukumnya sendiri, yaitu hukum/norma yang dibuat manusia. Kant berpendapat dengan menemukan otonomi kehendak serentak juga menemukan kebebasan manusia. Otonomi kehendak pada dasarnya sama dengan kebebasan manusia, sebab kebebasan adalah kesanggupan untuk bertindak terlepas dari penguasaan oleh sebab-sebab asing. Manusia itu bebas, karena mengikat dirinya sendiri dengan hukum moral. Menurut Kant, kebebasan tidak berarti bebas dari segala ikatan, manusia itu bebas dengan mentaati hukum moralnya. Berarti secara tidak langsung kant juga berpikir bahwa kehendak yang baik adalah untuk menemukan kebebasan manusia untuk mengatur dirinya sendiri.
Analisa
Pendapat Kant ada benarnya sebagai karena sebagai imago dei kita memang harus memiliki kehendak yang baik seperti Kristus sendiri (become like a Christ). Kita harus mengasihi sesama, berdoa bagi musuh kita semua itu adalah kehendak yang baik. Tetapi jika dianalisa lebih dalam lagi, kehendak baik itu hanya terfokus dan bertujuan untuk manusia sendiri. Kant berpendapat bahwa kehendak manusia bersifat otonom, hanya mengikatkan diri pada hukum/atau norma yang lain atau kehendak yang bersifat heteronom, diatur oleh faktor di luar manusia. Dapat dikatakan bahwa hal itu adalah human-centered, manusia menjadi terpusat dan berpikir akan kehendaknya sendiri. Manusia ingin mengatur dirinya sendiri sebebas mungkin, hal ini akan sangat fatal jika manusia tidak dapat mengontrol kehendaknya sendiri. Karena semua bergantung pada sendiri baik atau buruknya suatu kehendak diri juga dapat menjadi subjektif.
Dari segi Kristiani itu tidaklah benar, Alkitab menulis dalam Kolose 1:18 “....Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”. Nas tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa kita diciptakan untuk Allah. Di dalam Wahyu 4:11 disebutkan bahwa kita dirancangkan untuk menyenangkan Tuhan. Hidup manusia bertujuan untuk kemuliaan Allah. Dalam Kejadian 1 kita juga diberikan mandat penciptaan dan mandat budaya oleh Allah, hal ini jelas menunjukkan bahwa manusia harus tunduk di bawah hukum dan kehendak Allah bukan kehendak-Nya sendiri.
Hidup kita bukanlah secara human-centered, hidup kita yang seharusnya adalah God-centered.
ReferensiBertens, K.(1994). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Warren, R.(2004). The Purpose Driven Life. Malang: Penerbit Gandum Mas.
Warren, R.(2004). The Purpose Driven Life. Malang: Penerbit Gandum Mas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar