Immanuel Kant dan “Nature of Man”
Berbicara mengenai “Nature of Man” atau Natur Manusia akan sangat dekat dengan pembicaraan mengenai moral dan etika. Hal ini dikarenakan oleh setiap perilaku manusia yang notabene merupakan pancaran dari natur manusia selalu memiliki hubungan dengan moral dan etika yang berlaku di masyarakat.
Dalam pemahaman orang Kristen, manusia memiliki natur dosa sehingga dalam kehidupan manusia di dunia tidak lepas dari dosa atau cenderung berdosa. Contoh konkretnya, seorang laki-laki akan cenderung berpikir hal yang “tidak baik” ketika dia melihat seorang perempuan yang menarik berdasarkan pemikiran dia. Ketika dia memiliki pikiran yang “tidak baik” itu, dia sudah melakukan dosa. Dari sini, kita bisa melihat bahwa apa yang dilakukan individu laki-laki diatas merupakan hasil dari natur keberdosaannya sebagai manusia, yang secara moral dan etika juga merupakan suatu hal yang tidak bisa diterima atau tidak baik.
Ada beberapa pernyataan atau “quotes” dari Immanuel Kant mengenai natur manusia atau “Nature of Man”. Dalam essay ini, penulis menuliskan dan mengkritisi beberapa pernyataan atau “quotes” dari Immanuel Kant yang berhubungan dengan natur manusia berdasarkan sudut pandang teologi Kristen. Berikut penjelasan dan kritiknya jika dilihat dari sudut pandang teologi Kristen:
1. Immanuel Kant : Humans are not animal because we conceptualize everything we smell, taste, touch, feel, and see. We are the judges of the beauty of the universe (http://www.facebook.com/pages/Immanuel-Kant/112550538756134?sk=wall).
Manusia menurut Immanuel Kant berbeda dengan binatang. Karena, manusia mengkonsepkan atau menginterpretasikan segala hal berdasarkan bau (penciuman), rasa (pengecap), sentuhan (peraba), dengar (pendengaran), lihat (penglihatan), dan perasaan(feel). Jadi, penulis menarik kesimpulan berdasarkan analisa pernyataan Immanuel Kant bahwa yang membedakan manusia dengan hewan terletak pada kepunyaan manusia akan perasaan atau hati nurani.
Manusia memiliki hati nurani yang digunakan untuk membedakan mana yang baik dan yang tidak baik menurutnya. Contohnya, dengan hati nurani manusia bisa memilih untuk tidak membunuh karena menurutnya itu tidak baik. Manusia juga memiliki akal budi yang membedakannya dengan hewan yang hanya memiliki insting.
Jika dilihat dari sudut pandang teologi Kristen, manusia diciptakan Allah berdasarkan gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:27). Jika manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, berarti manusia sempurna (sebelum jatuh dalam dosa) dan memiliki kedudukan yang paling tinggi diatas ciptaan yang lain termasuk binatang. Hal ini juga didukung dengan perintah Allah terhadap manusia untuk berkuasa atas semua ciptaan yang lain (Kejadian 1:28).
Alkitab juga menuliskan perbedaan yang signifikan antara manusia dan hewan pada proses penciptaan. Binatang diciptakan Allah hanya melalui Firman, sedangkan manusia diciptakan melalui debu tanah yang dihembusakan nafas hidup kedalam hidungnya oleh Allah (Kejadian 2:7). Berhubungan dengan hati nurani, manusia diciptakan Allah dengan adanya kehendak bebas atau “free will”. Dalam menggunakan kehendak bebasnya, manusia melibatkan perasaan yang ada dalam hati nuraninya dan pemikiran yang berdasarkan akal budinya, untuk menanggapi dan melakukan sesuatu, berbeda dengan binatang yang hanya memiliki insting dan tidak memiliki “free will”.
2. Immanuel Kant : By a lie, a man... annihilates his dignity as a man.
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan Immanuel Kant diatas, tindakan berbohong seorang manusia akan menghancurkan martabatnya sebagai seorang manusia. Jadi, sekali manusia melakukan kebohongan, martabatnya sebagai manusia jatuh. Mengapa saat melakukan kebohongan martabat manusia jatuh atau hancur? Menurut penulis, hal ini karena tindakan berbohong ini erat kaitannya dengan moral dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku berdusta merupakan perilaku yang tidak baik dan tidak diterima sebagai perilaku yang mencerminkan manusia yang memiliki moral dan beretika (martabat).
Dilihat dari sisi teologi Kristen, Allah dalam 10 Hukum Allah memerintahkan kepada umatnya untuk tidak mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Hukum ini dengan kata lain mengharuskan kita untuk tidak berbohong. Disaat kita berbohong, kita melanggar hukum Allah, dan secara otomatis kita telah melakukan dosa. Pada saat manusia jatuh dalam dosa, gambar dan rupa Allah yang ada dalam diri manusia rusak. Hal ini memiliki hubungan dengan pernyataan Immanuel Kant, sehingga menurut penulis jika dilihat dari sudut pandang teologi, pernyataan Immanuel Kant diatas tidak bertentangan dengan prinsip Alkitabiah.
3. Imanuel Kant: In law a man is guilty when he violates the rights of others. In ethics he is guilty if he only thinks of doing so.
Menurut pernyataan diatas, Immanuel ingin menyatakan bahwa dalam hukum, manusia merasa bersalah ketika manusia melanggar atau mengganggu hak orang lain, sedangkan dalam etika, manusia merasa bersalah ketika dia hanya berpikir untuk menganggu hak orang lain. . Dalam hal tersebut Immanuel Kant ingin mengatakan bahwa dalam ranah hukum, manusia hanya akan merasa bersalah jika dia telah melakukan sesuatu yang tidak baik yang dalam hal ini mengganggu atau melanggar hak dari orang lain. Tetapi, dalam ranah etika, manusia akan dan telah merasa bersalah ketika dia memikirkan untuk melakukan sesuatu yang tidak baik yang dalam hal ini mengganggu atau melanggar hak orang lain. Jadi, perbedaanya ada pada level dimana rasa bersalah manusia itu berada.
Jika kita melihat dari sudut pandang teologi Kristen, hal ini lagi-lagi berhubungan dengan natur keberdosaan manusia dan rasa bersalah manusia atas dosa yang telah dia lakukan. Jika kita melihat ke Alkitab, pernyataan Immanuel Kant memiliki hubungan yang erat dengan Matius 5:28. Dalam ayat Alkitab ini, dikatakan bahwa ketika kita hanya mengingini atau memikirkan saja seorang perempuan saja, kita sudah berzinah, yang berarti kita sudah berdosa. Dalam level ini, kita bisa menghubungkannya dengan rasa bersalah manusia ketika dia memikirkan untuk melanggar hak orang lain (ranah etika). Kenapa ini berhubungan? Menurut penulis, jika manusia merasa bersalah dengan hal tidak baik yang dilakukannya, maka secara otomatis dia telah menyadari bahwa apa yang dia lakukan adalah dosa dan tidak berkenan di hadapan Allah. Tapi, Alkitab tidak membeda-bedakan ranah atau level manusia merasa bersalah akan apa yang dilakukannya atau level dimana manusia berdosa, melainkan Alkitab memberi dasar dengan menyatakan bahwa ketika kita berpikir atau memiliki keinginan saja, kita sudah berdosa apalagi jika kita melakukannya. Jadi, dalam hal ini pernyataan Immanuel Kant cukup memiliki hubungan dengan Alkitab atau teologi Kristen, tapi Alkitab memberikan arti yang benar.
Kesimpulannya, terlepas dari motivasi Kant sendiri, pernyataan-pernyataan mengenai natur manusia Kant, memiliki hubungan dengan konsep natur manusia berdasarkan konsep teologi Kristen/ Alkitabiah.
Referensi
(n.d.). Retrieved November 29, 2010, from www.facebook.com: http://www.facebook.com/pages/Immanuel-Kant/112550538756134?sk=wall
(n.d.). Retrieved November 29, 2010, from /www.brainyquote.com: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/i/immanuelka152147.html
(n.d.). Retrieved November 29, 2010, from /www.brainyquote.com: (http://www.brainyquote.com/quotes/authors/i/immanuel_kant.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar